Minggu, 19 Mei 2013

Rumah Paku


Saya teringat kisah yang diceritakan oleh guru ngaji saya diwaktu kecil.
Suatu hari beliau bercerita tentang seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya. Begini kira-kira ceritanya.....

Alkisah ada seorang kyai (guru ngaji) memiliki seorang anak yang entah mengapa sangat berbeda dengan saudaranya yang lain.. Jika saudara-saudaranya yang lain memiliki sifat yang sangat baik. Maka anak ini memliki sifat yang sangat buruk... Suatu hari sang ayah sangat kesal dengan sikap anaknya yang tak pernah berubah. Akhirnya ia memutuskan untuk menancapkan sebuah paku kedinding rumahnya setiap kali sang anak berbuat salah. Hari telah berganti. Tahun demi tahunpun telah berlalu. Akhirnya semua dinding rumahpun telah penuh dengan paku. Sampai tak ada tempat sedikitpun untuk menancapkan paku di dinding rumah itu.

Selang beberapa hari tiba-tiba sang ayah menghembuskan nafas terakhirnya. Sang anak yang merasa bersalah dengan perbuatannya selama ini, akhirnya memutuskan untuk bertobat. Iapun berfikir untuk mulai mencabut satu persatu paku yang ada disetiap dinding rumahnya. Setiap ia melakukan sebuah kebaikan ia mencabut satu paku. Ia berusaha sebanyak mungkin berbuat kebaikan agar paku yang ada di dinding rumahnya habis tercabut.

Pada akhirnya semua paku dirumah tercabut. Sang anak baru menyadari pesan dari sang ayah sesungguhnya. Perbuatan buruk walaupun sudah dibalas dengan kebaikan, belum dapat sepenuhnya terlihat baik. Hal ini terbukti dari banyaknya sisa paku didinding rumah sang anak.

Pesannya : “ingatlah semua perbuatan buruk pasti akan menyisakan kotoran di hati. Dan kotoran ini sangat sulit untuk dibersihkan, jaga terus hati mu”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar