Sabtu, 30 Agustus 2014

Angin Berbisik Itu Kuhampiri

Subuh ini kupaksakan mataku untuk bangun. Aku kapok menuruti kemalasanku yang sering merepotkan diriku.

Oh iya hari ini aku mau ke Bromo loh. Iya benar bromo. Gunung yg isinya benar2 pasir dan sangat indah itu. Tempat yang selalu ingin kukunjungi sejak aku masih kecil. Entahlah apa yang ada disana. Yang jelas mendengar namanya saja seolah telah memberikan sebuah kebahagiaan dalam benakku.

Aku membayangkan pasir. Matahari. Awan. Tawa riang. Mobil yang berjejeran. Padang semak yang luas. Alunan angin. Gesekan debu yang menimbulkan alunan yang saling bersautan. Hemmm... semuanya membuatku ingin memutar waktu 18 lebih cepat dari sekarang.

Sayangnya atsa bingung dia mau ikut atau tidak. Rasanya kesempurnaan itu akan kurang tanpa kehadirannya. Walaupun ia teman baruku. Rasanya tetap kurang lengkap tanpa kehadirannya.
Pare 20 Juli 2014
NB: akhirnya atsa ikut juga ke bromo rasa senang bisa mendengarkan nyanyian syahdu disana ketenangan yang tak pernah tergantikan. diberikan langsung oleh alam Bromo.
 ini adalah kawasan padang savana... semua gunung dibelakangnya tertutup kabut
 ini adalah semeru,,, hehehe,, tapi saya ndak tau pastinya siih
 nah ini kak icha sang photografer dan patih
 riana, ega, fandi, saya, efran, icha, galang, iman, sri, ummi, atsa dan fatih, entah kemana perginya zul dan riza

 dan tepat dibelakang saya, BROMO dengan kabut mengelilinginya,, like a kingdom midle cloud
 ini satu-satunya foto saya yang dapat menangkap gunung,, sisanya selalu tertutup awan

 ini kawasan padang savana, yuk tetap kita jaga dengan tidak menyalakan api disana

 seperti inilah kondisi gunung disana, selalu tertutup oleh kabut

Altitude 3676

Saya tidak akan pernah tau kemana kaki ini akan pernah melangkah suatu saat nanti. Saya hanya berharap suatu saat saya bisa menjejakkan kaki di puncak tertinggi pulau kelahiran saya. Melewati penduduk ranu pane yang ramah. Melewati ranu kumbolo yang masih bisa dijadikan sumber kehidupan. Oro oro ombo yang menampilkan lanscape savana secara sempurna. Bukit cinta yg konon dapat mewujudkan keinginanmu. Meratapi kesedihan yg tergambar di kalimati. Beristirahat sejenak di arcopodo. Hingga akhirnya merangkak menuju Altitude 3676. Puncak para dewa, mahameru.

Nova Yuniansa
Pare, kediri, 14 august 2014

69 Tahun Kemerdekaan NKRI

Subuh pertama di tanah perbatasan kerajaan kediri dan majapahit untuk merayakan 69 tahun kemerdekaan negeri ini. Walau yang lain sedang merayakannya di pendakian bromo dengan menantang kedatangan sang surya, biarlah kusambut hari bahagia ini dengan menatap sang langit dan mendengar suara syahdu yang bersautan antara satu menara dengan menara lainnya. Biarlah langit menjadi saksi bahwa semua rakyat masih senang tinggal dan hidup di negara ini. Tidak hanya mengolok dan menghina, meratapi dan merujuk, mencaci dan membuli, negaranya sendiri. Inilah negara yang dipersembahkan oleh kakek, nenek dan mungkin uyut-uyut kita. Negara yg mereka persembahkan untuk kita dengan tetesan air mata, darah dan harta mereka. Tanpa perduli kehidupan mereka sendiri. Hanya kita yg dipikirkannya. Generasi penerus mereka.

Terima kasih jendral Soedirman, terimakasih Pangeran Diponegoro, terimakasih Cut Nyak Dien. Terimakasih semua pahlawan negara ini. Karena kalian kami sekarang bisa hidup lebih baik. Maafkan kami yg belum bisa menjayakan negara ini tapi kami masih selalu bersemangat mewujudkannya.

DIRGAHAYU INDONESIAKU
69 TAHUN KEMERDEKAAN NKRI

nova yuniansa
17 agustus 2014
Batas kediri dan majapahit, Pare, Jawa Timur.
NB: sore harinya aku pergi ke air terjun Dholo, Gunung Wilis
 ini adalah sangsaka merah putih yang dikibarkan di leher gunung wilis,, bahkan bendera ini terlihat dari tengah kota kediri.
 inilah saya dengan bangga menghormati keagungan sang saka merah putih
 lintang, ummi, saya dan sri
 inilah teman-teman sekamar saya

 ummi, laili, kartika, lintang dan saya